Bagi para newbie
dalam dunia fotografi, pertanyaan yang paling mendasar adalah tipe kamera apa
yang akan dibeli (bila belum menjatuhkan pilihan pada kamera tertentu). Ada
beberapa tips yang perlu diperhatikan dalam memilih kamera :
- Tipe Pada dasarnya dikenal 3 (tiga) jenis kamera digital : pocket, prosumer, dan digital SLR (Single Reflex Lens). Pembagian ini disesuaikan dengan kebutuhan dan peruntukan pemakai. Bila kita bermaksud membawa serta kamera digital kemanapun pergi, pilihan tepat adalah tipe pocket camera . Bila membutuhkan kamera digital dengan kemampuan zoom di atas rata – rata dan memiliki kemampuan setting semi manual atau bahkan full manual, pilihan yang tepat adalah kamera digital prosumer. Bila ingin serius mendalami fotografi digital, maka digital SLR (DSLR) merupakan pilihan yang tepat, karena kamera ini memiliki semua fitur yang dibutuhkan di dalam sebuah pemotretan. bahkan lensa DSLR bisa diganti-ganti sesuai dengan kebutuhan.
- Resolusi Resolusi adalah merupakan jumlah piksel yang membentuk suatu foto, yang ditunjukkan dengan horizontal x vertikal. Semakin besar resolusi suatu kamera, maka hasil foto yang diproduksi akan lebih baik. Jadi pemilihan kamera perlu disesuaikan dengan dengan pilihan kita. Biasanya suatu kamera tertentu memiliki pilihan resolusi yang berbeda. Jika hanya untuk kebutuhan mengirim foto melalui e-mail, maka resolusi 640 x 480 sudah mencukupi. Tapi bila ingin mencetak foto, sebaiknya pilih resolusi yang lebih besar, agar gambar tidak buram/pecah
- Fasilitas Zoom Pada kamera digital dikenal dua tipe zooming, yakni optical zoom dan digital zoom. Optical zoom sangat berguna buat kepentingan kita mengabil gambar untuk jarak yang agak jauh dari tempat kita. Jangan terpaku dan terkecoh oleh digital zoom, rata-rata kamera digital semuanya mempunyai fasilitas digital zoom. Namun bila melakukan pembesaran gambar dengan fasilitas digital zoom, maka foto yang dihasilkan akan jadi blur dan tidak jelas.
- Baterai Hal yang juga penting diperhatikan adalah baterai. Perlu diperhitungkan berapa lama sumber daya ini bisa bertahan. Ada 2 (dua) jenis baterai yang biasanya digunakan kamera digital: lithium dan baterai AA. Meskipun harganya lebih mahal, namun dalam pemakaiannya baterai isi ulang lithium akan jauh lebih hemat dan mudah bila dibandingkan dengan baterai AA. Bila menggunakan baterai AA, sangat disarankan memilih yang bisa diisi ulang (rechargeable) karena akan lebih menghemat biaya.
- Penyimpanan Memory Kamera digital biasanya sudah memiliki memory internal namun kapasitasnya tidak terlalu besar. Untuk itu harus dipastikan bahwa kamera digital kita telah dilengkapi dengan fasilitas penghubung (port) untuk external memory, sehingga kita dapat memberikan tambahan memory sesuai dengan kebutuhan.
- Cobalah Sebelum Membeli Kamera digital biasanya dilengkapi dengan menu dan tombol-tombol pengatur yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Beberapa kamera lebih “mudah” digunakan karena tombol pengatur serta perintahnya lebih mudah dimengerti dibandingkan kamera jenis lainnya. Hal tersebut dapat disimpulkan bila kita sudah mencobanya secara langsung. Yang perlu juga diperhatikan saat mencoba sebelum membeli adalah time delay dari mulai kita tekan tombol shoot sampai gambar selesai diambil (shutter lag), Ada kamera tertentu yang delaynya sangat lama (meskipun juga dipengaruhi oleh kondisi ruang dan cahaya tempat kita mencoba kamera tersebut). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah lamanya waktu tunggu mulai dari menghidupkan kamera sampai siap digunakan.
- Cari Informasi Sebanyak Mungkin Sebelum membeli, ada baiknya kita telah memiliki informasi dasar mengenai kemampuan, spesifikasi, dan kekurangan dari kamera yang ditaksir. Karena itu perlu bertanya sebanyak-banyaknya kepada orang yang lebih mengerti atau orang yang sudah pernah menggunakan jenis yang sama. Informasi lainnya bisa kita peroleh dari internet, biasanya produsen sudah memberikan penjelasan mengenai produk mereka baik secara global maupun secara detil.
- Dana dan Garansi Bila sudah mempertimbangkan beberapa hal mendasar di atas, hal yang tak kalah pentingnya adalah berapa besar budget yang kita miliki. Sesuaikan kamera yang akan dibeli dengan kapasitas dana kita. Dan jangan lupa perhatikan garansi yang ditawarkan. Apakah garansi resmi atau hanya garansi toko.
Jepret, Jepret, dan Jepret
Pertanyaannya adalah
ketika Anda mendapatkan kamera digital pertama dan menyukainya. Apa yang perlu
dilakukan untuk mengasah kemampuan fotografi? Bart Pagoda di Flickr Blog
mengatakan, bagi mereka yang baru saja memiliki kamera, ambil foto
SEBANYAK-BANYAKNYA. Tak peduli apa saja yang ada di depan Anda, potretlah. Set
kamera di mode auto, dan mulailah keluyuran ke sana ke mari. Kita ada di era
digital. Storage bukanlah masalah, demikian pula biaya untuk cuci dan cetak
film.
Apa tujuannya?
Pertama adalah untuk mengenal karakter kamera Anda. Setiap kamera memiliki
karakter yang berbeda bahkan untuk jenis yang sama.
Kedua adalah untuk
melatih teknik komposisi. Apa itu komposisi? Begini, pada dasarnya memotret
tidak ada bedanya dengan melukis. Bedanya, memotret adalah melukis dengan
cahaya. Merekam apa yang ada di hadapan kita untuk disimpan dalam frame kamera.
Komposisi adalah bagaimana kita meletakkan setiap objek-objek yang ada di depan
kita dalam kotak frame foto. Dimana letak orang sebaiknya? Dimana letak bunga?
Seperti itulah…
Komposisi tentu saja
terserah Anda. Fotografi adalah seni, bukan matematika. Memang ada sih teknik
komposisi klasik yang selalu diajarkan kelas-kelas fotografi. Teknik klasik itu
bernama the rule of the third. Prinsipnya adalah membagi area foto menjadi tiga
bagian. Foreground adalah daerah bagian depan, Point of Interest (POI) adalah
objek yang menjadi titik cerita, dan Background adalah daerah yang ada di
bagian belakang POI. The rule of the third juga membagi kotak frame menjadi
tiga bagian. Kiri, tengah, dan kanan. Atas, tengah, dan kanan. Nah, kunci sakti
dari teori ini adalah: tempatkanlah POI pada garis perpotongan tiga bagian itu.
Kapan-kapan saya akan menjelaskan lebih detail teknik komposisi ini. Tapi pada
dasarnya, komposisi adalah bebas sesuka hati fotografer.
sumber
Buat para pemula dan
pencinta fotografi, sering dibingungkan dengan banyaknya istilah dalam
fotografi, baik dari sisi kamera, teknik, peralatan dan sebagainya. Berikut
terminologi atau istilah-istilah fotografi yang ada, yang diolah dari berbagai
sumber. Semoga bermanfaat!
A :
Singkatan dari auto, yaitu sebuah sandi untuk pilihan fasilitas otomatis.
Artinya, bila selector diputar ke posisi ini, bukaan diafragma akan bekerja
secara otomatis setelah pemotret memilih suatu kecepatan (shutter speed) atau
sebaliknya.
AF :
singkatan dari auto focus, yaitu cara kerja kamera tanpa mengharuskan pemotret
memutar-mutar sendiri penemu fokus(jarak). Sistem ini bekerja setelah pemotret
menekan tombol “on” pada perintah fokus.
AL servo AF : saran
pilihan autofocus yang digunakan untuk memotret objek2 bergerak. Pilihan yang
efektif untuk pemotretan olahraga.
Angle of view :
Sudut pandang atau sudut pemotretan. Cara melihat dan mengambil objek yang akan
difoto
Aperture diafragma :
yaitu lubang tempat cahaya masuk kedalam kamera dari lensa keatas film.
Aperture priority
auto exposure (A) : pencahayaan otomatis prioritas bukaan diafragma. Jika bukan
diafragma disetel terlebih dahulu, kecepatan rana akan bekerja otomatis.
Artificial light :
cahaya buatan manusia yang digunakan untuk memotret misalnya lampu kilat, api,
dll.
Asa : singkatan dari
american standar assosiation. Yaitu standar kepekaan film. Pengertiannya sama
dengan ISO, hanya saja nama ASA dahulu umumnya dipakai diwilayah amerika.
Kecepatannya diukur secara aritmatis.
Auto Program (P) :
fasilitas otomatis untuk memilih pencahayaan terprogram secara normal dan high
speed (kecepatan tinggi), tergantung pada pemakaian panjang-pendek fokus lensa.
Auto winder : motor
yang berguna untuk memajukan film secara otomatis dan cepat tanpa harus
dikokang atawa diengkol terlebih dahulu. Sering digunakan oleh pemotret
olahraga atawa yang mengutamakan objek-objek bergerak cepat.
Back light : Cahaya
dari belakang, yaitu cahaya yang berasal dari belakang objek. Arah cahaya ini berlawanan
dengan posisi kamera. Secara umum efek yang dihasilkan dapat menciptakan
siluet; objek foto dikelilingi “rim light” atau cahya yang ada disekitar objek.
Efek cahaya ini bisa merugikan pemotret sebab bila mengenai lensa akan
menimbulkan flare.
Bayonet : Sistem
dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90 derajat untuk
melakukan penggantian lensa.
Birds eye view :
Sudut pandang dalam pemotretan yang mirip dengan apa yang diliat seekor burung
yang sedang terbang.
Blitz: Lampu kilat
atau flashgun. Alat ini merupakan cahaya buatan yang berfungsi menggantikan
peran cahya matahari dalam pemotretan. Untuk menangkap kilatannya diperlukan
suatu kecepatan tertentu yang telah disesuaikan (disinkronkan) dengan kamera.
Cahaya blitz umumnya bisa ditangkap dengan kecepatan kamera 1/60 detik
Blitzlichtpulver :
Cikal bakal lampu kilat. Terbuat dari beberapa campuran bubuk diantaranya
magnesium dan potassium chlorade yang dapat memancarkan cahaya bila disulut.
Blur : Kekaburan seluruh
atau sebagian gambar karena gerakan yang disengaja atau tidak sengaja pada saat
pemotretan dan efek besar kecilnya diafragma. Hal ini terjadi misalnya saat
melakukan teknik panning atau zooming yang menggunakan kecepatan rendah.
Bottom light : Cahaya
dari bawah objek, biasa juga disebut ‘base light’. Biasa digunakan sebagai
cahaya pengisi dari arah depan. Fungsinya mengurangi kontras cahaya utama.
Bounce Flash : Sinar
pantul. Pancaran cahaya tidak langsung yang berasal dari sumber cahaya (lampu
kilat). Cara paling efektif yang dapat dicoba adalah memantulkan pancaran
sinarnya kesudut lain sebelum cahaya itu mengenai objek pemotretan. Teknik
pencahayan ini cocok untuk menghasilkan penyinaran lunak.
Bracketing : Suatu
teknik pengambilan gambar yang sama dengan memberikan kombinasi pencahayaan
yang berbeda-beda pada suatu objek (di samping pengukuran pencahayan normal).
Built-in diopter :
Pengatur dioptri (lensa plus atau minus)yang sudah terpasang pada pembidik
kamera. Berguna bagi pemotret berkacamata.
Bulb, B(ulb) bolam :
Sarana kecepatan rana yang sangat lambat dikamera yang digunakan untuk memotret
objek. Lama membuka rana ditentukan oleh pemotret, yaitu dengan menekan lalu
melepas tekanan pada tombol shutter.
C : Singkatan dari
continuous,yaitu sandi yang terdapat pada kamera. Fungsinya menyatakan
penggunaan bidikan gambar secara beruntun dengan kecepatan tertentu (umumnya 3
bingkai per detik).
Candid camera : foto
atau potret yang dibuat dengan cara sembunyi2 sehingga objek foto tidak
menyadarinya. Cara ini biasanya menghasilkan foto yang terkesan wajar atau
alami. Umumnya tidak ada komunikasi antrara pemotret dan objek
foto.keberhasilan foto sangat ditentukan oleh kemahiran pemotret mengungkapkan
pesannya.oleh Karena itu pemotret harus ekstra tekun, jeli,teliti dan sabar.
CCD : singkatan dari
charge couple device,yaitu chip pengganti filmyang digunakan pada kamera
digital untuk merekam gambar (citra).
Center of focus :
pusat perhatian. Sering juga disebut center of interest atau focus of interest.
Pusat perhatian membuat pesan dan teknis yang ingin disampaikan pemotret
tergambar secara fisik pada foto.
Center weight :
pengukuran pencahayaan yang tertuju hanya pada 60 persen daerah tengah gambar
(bidang) foto.
Coating : pemberian
suatu lapisan tipis pada permukaan lensa. Fungsinya menahan pantulan cahaya dan
melindungi lensa dari berbagai bahaya, mjsalnya jamur.
Cold tone : warna
yang bernada dingin; berwarna biru kelabu dengan nada warna ringan.
Color balance :
keseimbangan warna.
Composition :
komposisi, yaitu penempatan atau penyusunan bagian2 sebuah gambar untuk
membentuk kesatuan dalam sebuah bidang tertentu sehingga enak dipandang.
Continuous light :
lampu kilat yang digunakan untuk memotret; cahayanya dapat menyala terus menerus
(berulang-ulang).
Contrast : kontras.
Secara umum kontras diartikan sebagai perbedaan gradasi,kecerahan, atau nada
(warna) antara bidang gelap (shadow) dengan bidang terang, atau warna putih
yang mencolok sekali pada objek.
Cropping :
pemadatan/pemotongan gambar dalam foto atau sesuatu yang tercetak dengan
membuang bagian2 tertentu yang kurang dikehendaki.
Density : densitas
atau kepekatan dalam fotografi.istilah ini menyatakn tebal-tipis lapisan perak
yang melekat pada film. Semakin pekat suatu warna, semakin gelap dan berat
warnanya.
Depth : kedalaman,
yaitu efek dimensional yang timbul karena ada perbedaan ketajaman.
Depth of field :
bagian yang tampak tajam (tidak buram) dan jelas,yang berada dalam jangkauan
tertentu. Biasanya juga disebut sebagai ruang tajam.
Diaphragm :
diafragma,yaitu lubang pada lensa kamera tempat cahaya masuk saat melakukan
pemotretan. Lubang lensa ini dibentuk dari kepingan2 logam tipis yang berada
didalam atau dibelakang lensa. Bisa diciutkan atau dilebarkan.
Distortion :
distorsi,yaitu penyimpangan bentuk. Pada fotografi biasa terjadi pada
pemotretan dengan lensa sudut lebar.
Fill in Flash :
Lampu kilat pengisi. Dalam kondisi pemotretan yang tidak memerlukan lampu
kilat, lampu ini tetap dinyalakan untuk menerangi bagian-bagian gelap dari
objek, misalnya bayangan pada pemotretan diluar ruangan.
Film : Media untuk
merekam gambar. Gambar dibuat diatas dasar yang fleksibel dan transparan. Film
terdiri dari lapisan tipis yang mengandung emulsi peka cahaya, diatas dasar
yang fleksibel dan transparan. Emulsi sendiri terdiri dari perak halida, yaitu
senyawa yang peka cahaya.
Film Frame Counter :
Penghitung jumlah bingkai film. Pendeteksi berangka yang menunjukkan jumlah
film yang sudah terpakai.
Film transparency :
Slide warna atau color reversal film, yaitu film positif yang biasa digunakan
untuk keperluan iklan, pers, dll. Tujuannya adalah mendapatkan ketajaman dan
warna gambar yang baik.
Filter : Penyaring
dalam bentuk kaca (atau bahan lain yang tembus cahaya) yang mempunyai ketebalan
rata; dipasang pada ujung tabung lensa.
Fix Lens : Lensa
fix, yaitu lensa yang memiliki panjang fokus (titik api) tunggal, sudut
pandangnya tetap.
Flash : Lampu kilat,
yaitu jenis lampu buatan yang mampu menyediakan cahaya yang bisa dikendalikan.
Flash exposure
compensation : Kompensasi pencahayaan lampu kilat, yaitu cara membuat
alternatif pencahayaan lebih atau kurang dengan menggunakan lampu kilat.
Focus ring : Titik
api atau pertemuan berkas sinar/cahaya melalui lensa setelah berbias atau
dipantulkan.
FPS : singkatan dari
frame persecond, yaitu satuan pengambilan gambar dalam gambar per detik
GN : Singkatan dari
guide number, yaitu kekuatan daya pancar cahaya lampu kilat yang merupakan
perkalian antara jarak (dalam meter atau feet) dan diafragma.
High angle :
pandangan tinggi. artinya, pemotret berada pada posisi yang lebih tinggi dari
objek foto.
High-Key photo :
sebutan untuk suatu foto yang didominasi nuansa putih.
High light :
bagian-bagian yang terang pada sebuah foto karena pantulan sinar.
Honeycomb :
Perangkat atau alat tambahan berbentuk seperti sarang tawon.
Hot shoe : sepatu
panas. terdapat pada bagian atas kamera, berfungsi untuk memasang lampu kilat
elektronik.
Image : gambar yang
terbentuk pada film atau pada tirai pengamat.
Incident light
metering : Pengukuran cahaya jatuh, yaitu mengukur kuat cahaya yang menerangi
objek.
Infinity : jarak tak
terhingga dengan tanda pada skala jarak.
Infrared :
inframerah, yaitu sinar merah diluar spektrum.
ISO : singkatan dari
international standart organization, yaitu badan yang berwenang memberikan
standar untuk kategori film yang digunakan didunia fotografi.
JIS : singkatan dari
japan industrial standart, yaitu ukuran kepekaan film, seperti asa digunakan di
Jepang.
Lens : Lensa, yaitu
alat yang terdiri dari beberapa cermin yang mengubah benda menjadi bayangan
yang bersifat terbalik, diperkecil, dan nyata.
Lens Hood : Tudung
lensa yang digunakan untuk menutupi elemen lensa terdepan dari cahaya yang
masuk secara frontal. Cahaya seperti ini akan menimbulkan efek flare (bintik
cahaya putih) pada foto.
Light contrast :
Kontras cahaya, yaitu tingkat kepekaan cahaya yang dihasilkan oleh suatu sumber
cahaya. Hal yang paling mempengaruhi kontras cahaya adalah besar kecilnya
sumber cahya.
Light meter :
Pengukur kekuatan sinar. Biasa dipakai dalam pemotretan untuk menentukan besar
diafragma atau kecepatan pada suatu kondisi pencahayaan.
Long Shot : Sudut
pandang yang lebar yang memberi perhatian lebih pada objek pemotretan dengan
cara memisahkannya dari latar belakang yang mungkin mengganggu.
Low angle :
Pandangan rendah, yaitu sudut pandang dalam pemotretan dengan kedudukan
pemotret lebih rendah dari objek pemotretan. Menghasilkan gambar seolah-olah
objek lebih tinggi dari aslinya.
LT : Long time
Exposure, sama dengan pencahayaan panjang misalnya 2 detik atau lebih.
Macro : Makro.
Pengertian makro dalam fotografi adalah sarana untuk pemotretan jarak dekat.
Fotografi makro akan menghasilkan rekaman objek (pada film) yang sama besar
dengan objek aslinya (1:1), atau paling tidak setengah besar objek aslinya
(1:2). Namun, lensa zoom yang mempunyai fasilitas menghasilkan rekaman objek
seperempat besar benda aslinya (1:4) juga sudah bisa dikatakan makro.
Macro Lens : Lensa
makro, yaitu lensa yang digunakan untuk memotret objek berukuran kecil atau
pemotretan jarak dekat (mendekatkan objek). Umumnya dipakai untuk keperluan
reproduksi karena dapat memberikan kualitas prima dan minim distorsi.
Magnification :
Pembesaran. Diukur dari gambar film dengan perbandingan ukuran asli objek.
Main light : Sinar
utama dalam pemotretan yang biasanya berasal dari depan objek. Biasanya
digunakan untuk memunculkan bentuk atau wajah objek.
Medium format camera
: Kamera format medium, yaitu jenis kamera SLR yang menggunakan jenis film 120
mm. Dibandingkan dengan kamera format kecil, kamera ini mempunyai keunggulan
dalam pembesaran cetakan.
Medium shoot :
Pandangan yang lebih mengarah kepada suatu tema pokok dengan latar belakang
yang agak dihindari. Bisa digunakan untuk pemotretan berobjek orang, kira2
sebatas pinggul keatas.
Metering : Pola
pengukuran cahaya yang biasanya terbagi dalam 3 kategori : center weight,
evaluative/matrix dan spot
Metering center
weight : Pola pengukuran cahaya menggunakan 60 persen daerah tengah gambar
Metering matrix :
Pola pengukuran cahaya berdasarkan segmen-segmen dan persentase tertentu
Metering spot : Pola
pengukuran cahaya yang menggunakan satu titik tertentu yang terpusat.
MF : singkatan dari
manual focus, yaitu cara penajaman atau pemfokusan yang dilakukan secara
manual.
Microphotography :
Fotografi yang menggunakan film berukuran kecil, dengan bantuan mikroskop.
Monopod : sandaran
atau penyangga kamera berkaki satu. Berfungsi membantu menahan kegoyangan.
Sering pula disebut “unipod”
ND Filter : Filter
ND, yaitu filter yang berfungsi menurunkan kekuatan sinar sebanyak 2 sampai 8
kali.
Nebula Filter :
Filter yang menghasilkan gambar dengan efek pancaran sinar radial yang
berpelangi.
Non-reflex camera :
kamera non refleks yang tidak menggunakan cermin putar. Contohnya adalah kamera
kompak atau kamera langsung jadi (Polaroid)
Normal lens : Lensa
berukuran normal berfokus panjang, 50 mm atau 55 mm, untuk film berukuran 35
mm. Sudut pandangnya sama dengan sudut pandang mata manusia.
Obscura : Cikal
bakal kamera zaman sekarang. Prinsipnya dalam sebuah kamar gelap yang tertutup
lubang (pin hole). Jika kamera obscura dihadapkan ke benda yang diterangi cahaya,
sebuah gambar proyeksi terbalik dari benda tersebut akan tampak pada dinding
yang berhadapan dengan lubang.
Optical Sharpness :
ketajaman optis, yaitu suatu ketajaman yang dapat dicapai karena lensa
berkualitas baik.
Optik : berkenaan
dengan penglihatan (cahaya, lensa, dsb)
Overexposure :
kelebihan pencahayaan. Bagian shadow tampak pekat (tanpa detail) sehingga
negative tampak hitam total. Bila kepekatan bagian ini melampaui batas, hasil
cetak foto akan menjadi abu2; bagian high akan menjadi putih.
Overhead lighting :
sinar dari atas. Lampu atau penyinaran yang dibuat untuk menyinari objek dari
atas.
Override :
Penyimpangan dari pengaturan otomatis. Tujuannya agar pemotret dapat mengatur
kamera secara manual.
Polarizing color
filter : Filter yang terdiri dari selembar polarisator kelabu dan polarisator
warna, terdapat berbagai kombinasi warna sehingga dapat digunakan untuk
efek-efek tertentu.
Polarizing
conversion filter : Filter terdiri dari selembar polarisator dengan filter
konversi warna (85B). Biasanya juga digunakan untuk jenis kamera kine, sehingga
memungkinkan film tungsten digunakan untuk cerah hari dan mempunyai efek
seperti filter polarisasi.
Polarizing fider
filter : Filter yang terdiri dari dua filter PL linier yang digabung menjadi
satu. Jumlah filter yang masuk dapat diatur dengan memutar gelang filter.
Polarizing circular
filter : Filter yang dibuat dari lembaran polarisator linier dan keeping
quarter wave retardation, dilapi di antara dua gelang filter. Efeknya sama
dengan filter polarisasi, biasanya digunakan untuk kamera kine.
Polarizing filter :
Filter polarisasi, dipakai untuk menghilangkan refleksi dari segala permukaan
yang mengkilap. Filter ini terdiri dari dua bagian, bagian yang satu dengan
lain dapat diputar-putar untukmendapatkan sudut paling ideal menghilangkan
refleksi, menambah saturasi warna dan menembus kabut atmosfer. Juga berguna
untuk membirukan langit.
Pop up flash : Lampu
kilat kecil terbuat atau menyatu dengan kamera.
Rainbow fantasi
filter : Filter dengan inti bulatan normal dan sisanya berisi prisma. Tiap-tiap
berkas sinar akan bertepi pelangi.
Rana: Adalah tirai
yang menggantikan fungsi penutup manual di bagian depan lensa, besar kecilnya
dapat diatur sesuai kebutuhan.
Rana celah : Rana
celah vertical dan horizontal dan terletak pada kamera. Yang vertial menutup
secara vertikal dan yang horizontal menutup secara horizontal.
RANA PUSAT : Rana
yang terletak pada lensa, berdampingan dengan diafragma. Menutupnya dengan cara
memusat.
RELEASE CABLE :
Kabel penghubung dengan shutter sehingga memungkin pemotret menekan shutter
dari jarak beberapa meter dari kamera.
RELOADABLE TO LAST
FRAMER : Fasilitas untuk mengembalikan film yang telah digulung di tengah
posisi terakhir yang terpakai.
REMBRANDT LIGHTING :
Cahaya yang berasal dari jendela atau sering juga disebut window lighting.
Cahaya yang datang dari sudut 45 derajat. Pencahayaan tersebut berasal dari
nama pelukis Belanda Rembrandt.
REMOTE : Alat yang
memungkinkan fotografer melakukan penekanan shutter dari jarak jauh dengan
penghubung arus tanpa kabel.
RESOLUTION : Daya
pisah. Suatu sifat lensa yang berdaya urai dengan kemampuan menyajikan detail
kehalusan gambar sesudah film dikembangkan (diproses).
RETINA : Selaput
peka sinar dari mata atau salah satu merek kamera keluaran kamera.
RETOUCH : Mengubah,
sifatnya memperbaiki atau menambah warna dengan menggunakan tangan atau kuas,
atau juga pada masa ini dengan komputer seperti melukis sehingga menghasilkan
gambar yang baik dan tanpa cacat seperti sebelumnya.
REVERSE ADAPTER :
Suatu alat penyambung yang digunakan untuk memotret saat menggunakan lensa
kamera yang dibalik sehingga elemen belakang lensa menghadap ke objek. Dengan
alat ini menjadikan kita dapat menggunakan lensa biasa untuk membuat pemotretan
makro dengan hasil yang cukup baik.
SECOND CURTAIN SYNC
: Fasilitas untuk menyalakan lampu-kilat sesaat sebelum rana menutup.
SELF ADJUSTING :
Penyesuaian (diri).
SELF TIMER :
Penangguh waktu. Sebuah tuas yang digunakan untuk keperluan memperlambat
membukanya rana kamera sekalipun tombol pelepas kamera telah ditekan. Biasanya
digunakan untuk memotret diri sendiri. Penangguhan waktunya umumnya berkisar 10
detik
SENSE OF DESIGN :
Perasaan atas komposisi. Estetika dalam nirmana datar warna.
SEPIA TONER :
Pewarna coklat/sawo.
SEQUENCE : Sekuen.
Satu seri dari beberapa jepretan (shot) yang meliputi suatu kejadian yang sama.
Setiap jepretan hanya berbeda dalam hitungan detik
SHADE : Teduh,
bayangan yang tak berbentuk.
SHADOW : Bidang
gelap/hitam atau bayangan pada sebuah foto yang berbentuk objek yang membayang.
SHAPE : Bidang,
suatu bentuk dalam aspek dua dimensi yang terjadi tidak hanya oleh karena
adanya kesan garis, baik berupa segi tiga, lingkaran, elips, dll. Namun selain
itu bisa juga dibentuk oleh suatu bidang warna karena adanya suatu kesan bentuk
tiga dimensi yang mempunyai volume.
SHARPNESS :
Ketajaman film, yaitu suatu kemampuan film untuk merekam setiap garis dari
pandangan yang dipotret dengan ketajaman yang baik. Ketajaman ini ditentukan
dengan jumlah garis per milimeter.
SIDE LIGHT : Cahaya
dari samping, yaitu cahaya yang berasal dari arah samping objek, baik kiri atau
kanan dan dapat ditempatkan pada sudut 45 atau 90 derajat. Pencahayaan seperti
ini menghasilkan foto dengan efek yang menonjol permukaan atau objek fotonya
serta terciptanya kesan tiga dimensional. Umumnya digunakan untuk menampilkan
foto-foto yang berkarakter, misalnya foto potret (portrait).
SIDE LIGHTING :
Sinar dalam pemotretan yang datangnya dari arah samping kanan atau kiri – 90
derajat dihitung dari sudut pandang kamera. Arah datangnya sinar seperti ini
akan menghasilkan foto dengan detail dan tekstur dari benda dengan baik.
Bayangan yang dihasilkan akan menampakkan bentuk benda dengan lebih menarik
dengan separo dari muka terang dan separo lagi gelap.
SINGLE LENS REFLECT
: Refleks lensa tunggal (RLT), adalah kamera yang memiliki satu lensa untuk
membidik yang menggunakan cermin dan prisma. Lensanya berfungsi untuk
meneruskan bayangan objek ke pembidik dan meneruskannya ke film. Apa yang
terlihat pada jendela pengamat sama seperti apa yang terjadi pada film atau
fotonya.
SINGLE POINT READING
: Suatu pembacaan pengukuran dalam pencahayaan yang dilakukan hanya pada satu
titik atau bagian tertentu yang terpenting dari sebuah objek foto.
SINGLE SERVO
AUTOFOCUS (S) : Sandi saat Anda membidikkan suatu objek dan tombol rana telah
tertekan separo, maka jarak antara kamera dengan objek terkunci hingga tombol
dilanjutkan ditekan hingga terekam satu bidikan.
SKALA : Perbandingan
objek utama dengan objek-objek lain dalam gambar.
SLAVE UNIT : Mata
listrik yang menyalakan lampu-kilat karena pulsa yang dihasilkan oleh
menyalanya lampu-kilat lain.
SMALL FORMAT CAMERA
: Kamera format kecil yaitu kamera jenis SLR (Single Lens Reflect) yang
menggunakan film berukuran 35 mm namun fleksibel dan enak dipegang serta
ringan. Karena itu kamera seperti ini yang paling banyak digunakan oleh para
fotografer. Jenis maupun ukuran filmnya sangat mudah didapat juga proses
filmnya terutama bagi yang menggunakan film jenis negatif. Namun kekurangannya,
untuk hasil pencetakan besar, maksimal hanya seukuran majalah.
SNAPSHOT : Bidikan
spontan, tanpa modelnya diatur terlebih dahulu. Cara ini umumnya digunakan
untuk membuat foto human interest, sehingga menghasilkan foto yang apa adanya
dan tampak alami tak terkesan dibuat-buat.
SNOOT : Suatu alat
berbentuk kerucut yang berlubang pada ujungnya dan digunakan untuk memperkecil
penyebaran cahaya dari lampu kilat studio. Umumnya menghasilkan cahaya yang
tampak membulat bila diproyeksikan pada bidang datar.
SNOW CROSS, STAR SIX
FILTER : Sebuah kaca bening dengan goresan-goresan yang saling bersilangan yang
membentuk bintang-bintang berekor enam dari tiap-tiap titik sinar.
SOCKET : Lubang
tempat memasukkan kabel sinkron yang menghubungkan lampu kilat dengan penutup.
SOFT SCREEN (LENS) :
Lensa yang berguna untuk menghindari kontras sehingga hasil gambar terkesan
seolah-olah agak kabur dengan sisi-sisi yang tak tampak ketegasan batasnya.
SOFT FOCUS LENS :
Lensa yang berdaya lukis lembut.
SOFT SPOT FILTER :
Filter berciri seperti soft screen namun menghasilkan gambar yang berbeda.
SOFT TONE FILTER :
Filter yang bertujuan untuk membuat gambar pemandangan lunak tanpa menurunkan
ketajaman dan mengubah warna, juga tidak mengubah bentuk. Kontras pun menjadi
lembut tanpa mengaburkan pandangan.
SOLARISASI : Proses
pembuatan foto dengan cara memberi penyinaran dua kali pada kertas foto atau
film dan memasukkannya ke dalam larutan pengembang. Di tengah-tengah gambar
terbentuk dilakukan penyinaran dengan cahaya putih sekali lagi dan meneruskan
pengembangannya.
SONAR AUTOFOCUS :
Sistem otofokus yang bekerja berdasarkan perjalanan bolak-balik suara sonar –
dari kamera ke objek kembali ke kamera.
SPECIAL EFFECT :
Efek khusus dengan menggunakan teknik tertentu.
SPECIAL EFFECT FILTER
: Filter (penyaring) spesial efek yang pada dasarnya bukan filter karena
fungsinya tidak menyaring sesuatu melainkan mengubah pandangan guna mencapai
hasil yang menyimpang dari pemotretan biasa.
SPECIAL LENS : Lensa
spesial yang digunakan secara khusus untuk keperluan khusus. Misalnya fish eye
lens (lensa mata ikan – 180 derajat). yang pada dasarnya bukan filter karena
fungsinya tidak menyaring sesuatu melainkan mengubah pandangan guna mencapai
hasil yang menyimpang dari pemotretan biasa.
SPECIAL PURPOSE LENS
: Lensa tujuan khusus yang didesain dan diciptakan untuk tujuan penghasilan
gambar khusus yang biasanya susah dilakukan dengan lensa biasa.
SPECIAL FILTER :
Sekeping plastik terang berisi ribuan prisma lembut yang mengubah tiap-tiap
titik sinar menjadi bintang pelangi dan berkas sinar bertepi pelangi. Sinar
yang kuat membentuk bintang dengan berkas-berkas pelangi tebal.
SPECTRUM : Berkas
sinar yang terlihat oelh mata, terpecahkan oleh pembiasan prisma dalam
warna-warni.
SPEEDLIGHT :
Lampu-kilat yang mempunyai kecepatan menyala tinggi atau cepat.
SPEEDO SOLARISASI :
Suatu teknik kamar gelap versi lain dari tehnik solarisasi (efek sabattier)
pada film ortholith yang akan memberikan suatu efek gerakan yang cepat
(speedo).
STEREO CAMERA :
Kamera berlensa dua yang menghasilkan dua foto sekaligus. Dua foto itu harus
diamati dengan alat bantu atau stereo-viewer untuk mendapatkan efek kedalaman
seperti saat difoto.
STILL LIFE : Berarti
lukisan atau pemotretan benda mati. Fotografi yang khusus menempatkan
benda-benda kecil buatan manusia sebagai objeknya.
STOP : Satuan yang
menunjukkan pergeseran nilai bukaan diafragma atau kecepatan rana dari suatu
nilai ke nilai yang lain, naik atau turun. Misalnya dari diafragma f:16 ke f:22
atau dari kecepatan 1/125 detik ke 1/250 detik
STOP BATH : Cairan
penyetop. Larutan penyetop untuk menghentikan atau menahan seketika pengembang
(developer) pada film atau kertas foto. Selain berguna untuk menghentikan
proses yang terjadi, stop bath juga berfungsi sebagai larutan fixer yang
membuat film dan cetakan foto lebih tahan lama.
STRIPPING FILM :
Film yang dapat dipisahkan dari dasar seluloidnya.
STROBO : Lampu
dengan kemampuan menyorot bertubi-tubi dengan selang waktu singkat.
SUBTRACTIVE : Sistem
penyusunan balans warna dengan mengurangi unsure warna, suatu kebalikan dari
additive atau menambahkan.
SUPER WIDE LENS :
Lensa bersudut super lebar yang biasa digunakan untuk pemotretan arsitektur,
interior, eksterior, pemandangan, dll. Misalnya lensa 15 mm, 17 mm.
SYNC CORD TERMINAL :
Terminal sinkronisasi lampu-kilat; soket untuk memasang kabel tambahan yang
dihubungkan dengan lampu-kilat.
SYNC SHUTTER SPEED :
Kecepatan rana yang sinkron dengan lampu kilat.
SYNCRO : Saklar
otomatis. Dengan menggunakan saklar ini pada lampu kilat maka bila ada kilatan
cahaya lampu kilat lain akan mengakibatkan menyalanya lampu kilat yang
terpasang syncro.
TABLE-STAND : Kaki
tiga (tripod) kecil. Sandaran kamera yang membantu menahan goyang yang dipakai
di atas meja.
TEXTURE : Tekstur,
sifat permukaan atau sifat bahan., merupakan elemen seni visual yang sangat
penting karena mampu memberi kesan “rasa” seperti halus, kasar, mengkilat, dll.
TELE CONVERTER :
Lensa tambahan yang dipasang di antara lensa asli dan tubuh kamera, yang dapat
mengubah lensa normal menjadi tele dan lensa tele menjadi tele panjang. Umumnya
kelipatannya dua atau tiga kali jarak fokus lensa asal.
TELE LENS : Lensa
tele yang digunakan untuk memperbesar objek yang akan difoto. Lensa ini dapat
digunakan untuk memperoleh ruang tajam yang pendek. Khusus untuk pemotretan
potret (portrait) penggunaan lensa seperti ini akan menghasilkan perspektif
wajah yang mendekati aslinya. Misalnya: lensa 85 mm, lensa 135 mm, lensa 200
mm, dll.
TELEPHOTO LENS :
Lensa telefoto, lensa yang mempunyai fokus panjang. Pembuatan bayangan (image)
pada lensa telefoto lebih pendek bila dibandingkan dengan lensa lain.
TELEPHOTO MEDIUM :
Telefoto menengah, jenis lensa telefoto yang mempunyai panjang antara 75 – 135
mm.
TEST STRIP : Suatu
cara untuk mendapatkan hasil cetakan yang baik (normal) yang dilakukan dengan
cara membuat pencahayaan bertingkat pada saat mencetak sebelum mencetak
sesungguhnya.
TILT HEAD :
Kemampuan kepala lampu-kilat untuk dapat diputar. Fungsinya untuk mendapatkan
efek pencahayaan yang lembut dengan cara memantulkan terlebih dahulu cahaya
yang keluar dari lampu-kilat. Kuatnya cahaya yang jatuh ke objek sangat
bergantung pada permukaan pemantul, warna dan jaraknya.
TIMER SWITCH :
Pengukur waktu yang akan memutuskan aliran listrik pada akhir hitungan yang
telah ditentukan.
Top Light : Cahaya
(dari) atas. Cahaya yang berasal dari atas objek. Biasanya digunakan untuk
menerangi bagian atas kepala model yang akan difoto. Arah cahaya juga dapat
menampilkan detail benda.
Transparan : Tembus
pandang ialah permukaan suatu benda yang tidak menghambat pandangan untuk
melihat benda di belakangnya. Kaca dan plastik misalnya bersifat tembus
pandang.
Translusen : Tembus
sinar. Namun kita tidak biasa melihat benda yang berada di belakang benda yang
translusen tersebut. Misalnya kaca es, kaca buram, kaca susu, plastik suram,
dsb.
Transparancy :
Transparan, gambar tembus, slide atau film positif.
Tripod : Kaki-tiga.
Suatu alat yang digunakan untuk menyangga kamera yang berbentuk kaki-tiga, yang
dapat dipanjangkan dan dipendekkan sesuai keinginan (terbatas). Biasa digunakan
untuk membantu mengatasi goyang saat melakukan pemotretan yang menggunakan
lensa telefoto, atau yang menggunakan kecepatan rendah sehingga kedudukan
kameranya tetap stabil dan pemotretan terhindar dari goyang.
Tripod Socket :
Tempat (ulir) untuk tripod. Suatu bagian di kamera, biasanya berlubang dengan
ulir di dalamnya, yang berguna untuk tempat memasang tripod atau kaki-tiga
kamera.
TTL : Singkatan dari
Through the Lens Metering. Sistem pengukuran cahaya melalui lensa. Biasa juga
disebut OTF (Off the Film Metering). Kamera harus terisi film untuk mendapatkan
pengukuran yang akurat. Atau dengan cara lain yaitu menggantikannya dengan
kertas buram yang diletakkan pada jendela lintas film yang harus menutupi
seluruh jendela tersebut. Jika tidak maka akan mendapatkan kalkulasi pengukuran
yang salah karena sensor di dalam kamera akan membaca pelat hitam penekan film.
Tungsten Film : Film
yang khusus diperuntukkan bagi pemotretan yang dilakukan dengan cahaya buatan
dengan lampu biasa atau photo-flood, namun juga tetap dapat dipakai untuk
pemotretan di bawah cahaya alami.
Twin Lens Reflex :
Refleks Lensa Kembar. Kamera yang mempunyai dua lensa. Satu lensa berfungsi
untuk menangkap objek yang dipantulkan oleh cermin melalui jendela pembidik,
satu lensa berfungsi untuk menangkap objek untuk diteruskan ke film.
Menggunakan jenis kamera seperti ini harus ekstra hati-hati karena sering
terjadi kesalahan yang disebut paralaks pada pemotretan jarak dekat.
VARIO FOCAL
LENS:Lensa zoom. Lensa yang mempunyai panjang focus yang dapat diubah-ubah atau
dapat bergeser. Misalnya: lensa 20-35 mm, lensa 35-70 mm, lensa 80-200 mm, dsb.
VARIO LENS:Lensa
vario atau sering disebut sebagai lensa zoom. Yaitu sebuah lensa yang memiliki
jangkauan panjang focus yang bervariasi atau dapat diubah-ubah. Dengan demikian
memudahkan pemotret memilih berbagai ruang pandang hanya dengan menarik-ulur
lensa atau memutarnya.
VERTICAL GRIP : Alat
pelepas rana untuk pengambilan gambar secara vertikal tanpa harus memutar
tangan.
VIEW CAMERA : Kamera
yang menggunakan film format besar dan digunakan untuk keperluan pemotretan
yang memerlukan detail tajam pada pencetakan hasil foto yang besar-besar
umumnya digunakan di dalam studio untuk pemotretan still life karena dapat
menyempurnakan perspektif serta menambah ruang tajam. Detail gambar dapat
ditampilkan secara sempurna.
VIEW FINDER :
Jendela bidik. Bagian dari kamera yang berfungsi sebagai tempat mata melihat
bayangan benda yang akan diabadikan.
WAIST LEVEL FINDER:
Pembidik sebatas pinggang.
WARM TONE : Bernada
warna hangat. Suatu warna yang terasakan tidak terlampau menyilaukan mata, atau
berwarna ke arah cokelat gelap ke arah hitam pekat.
WATT/SECOND (W/S) :
Satuan daya pada lampu kilat studio yang dibedakan dengan lampu kilat portable
yang menggunakan GN. Tidak ada rumusan relevansi antara W/S dan GN, tapi 100
W/S hampir sebanding dengan GN = 30.
WIDE ANGLE LENS :
Lensa sudut lebar, misalnya lensa 20 mm atau 24 mm. Jenis lensa dengan tubuh
pendek yang biasa digunakan untuk memotret sebuah panorama luas atau untuk
pemotretan sejumlah besar orang. Lensa ini menampakkan gambar yang lebih kecil.
WIDE SHOT :
Pemotretan dengan sudut pandang lebar. Biasanya merupakan satu jepretan panjang
diawal suatu sekuen. Tujuannya untuk mengarahkan penonton pada adegan
berikutnya pada gambar hidup (movie).
WIRELESS TTL : Sistem
pengukuran lewat lensa tanpa melalui kabel.
WORM EYE: Pandangan
cacing. Berarti memotret dari sudut pandang permukaan tanah. Hasilnya adalah
rekaman foto dengan kesan tinggi yang ekstrim, hasil gambarnya pun unik karena
sudut pandang seperti itu.
ZONE SYSTEM : Suatu
cara untuk menghasilkan foto dengan tingkat kontras yang dimulai dari nada
hitam pekat hingga nada warna putih sekali.
ZOOM LENS : Lensa
zoom. Jenis lensa yang memiliki elemen yang mampu bergerak hingga membuat
panjang fokal bervariasi. Panjang focus dapat diganti-ganti dengan memendekkan
atau mengulur tabung lensa.
ZOOM-BLUR :
Kekaburan gambar yang disebabkan oleh gerakan zoom pada waktu melepas rana
kamera.
ZOOMING RING :
Gelang batas rentang vario pada lensa zoom.
Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Pencahayaan
Faktor yang
mempengaruhi Pencahayaan / Exposure dalam fotografi ada 3
yaitu :
- Apperture / Bukaan
/ Diagfragma : Semakin besar angka semakin terang.
- Shutter Speed :
semakin lama semakin terang
- ISO / ASA : Semakin
tinggi angka Semakin terang, anda harus mem-balance
kan ketiga faktor tersebut.
kategori Exsposure ada 3:
- Over : kebanyakan
cahaya
- Normal : cahaya
pas
- Under : cahaya
kurang
Exposure bagaikan
kita sedang dalam kamar,
Apperture adalah
Jendela
Shutter Speed adalah
Lama bukaan jendela
dan ISO adalah
kacamata hitam yang anda pakai
jadi semakin lebar
anda membuka lebar jendela dan lama serta tidak memakai kacamata akan terasa
terang, begitu juga sebaliknya.
0 comments:
Post a Comment